Minggu, 23 Januari 2011

PSIKOPAT DAN TANDA-TANDANYA

Semakin prihatin rasanya mengamati perkembangan kasus Ryan yang sebagian menduganya sebagai kasus psichopaty. Di luar negeri (yang saya tahu di USA), sudah banyak sekali kasus-kasus seperti ini, artinya Indonesia pun menuju kesana, seiring berkembangnya budaya hidup modern yang semakin penuh stress di negeri kita. Saya kumpulkan beberapa literatur online yang bisa mengidentifikasi gejala- gejala awal seorang calon yang berpotensi menjadi psikopat seperti Ryan. Semakin dini kita identifikasi, semakin baik. Katanya potensi ini sebenarnya kalau dirawat dan diarahkan dengan baik, bisa menjadi "energi positif" yang membangun. Siapa tahu orang disekeliling anda punya potensi ini. Maka amatilah menggunakan
checklist sederhana dibawah ini. Hindari sejak dini, jauh lebih baik dari pada terlambat dan menyesal di kemudian hari. Disebut juga sebagai psycho atau psychopath atau keadaannya disebut psikopati atau psychopaty. Masih sangat
jarang literatur atau referensi online yang tersedia dalam bahasa Indonesia. Semoga berguna. Psikopat secara harfiah berarti sakit jiwa. Pengidapnya juga sering disebut sebagai Sosiopat terdekatnya. (dikutip dari Wikipedia Indonesia http://id.wikipedia.org/wiki/Psikopat) karena prilakunya yang antisosial dan merugikan orang-orang

Psikopat memiliki 20 ciri-ciri umum. Namun ciri-ciri ini diharapkan tidak membuat orang-orang mudah mengecap seseorang psikopat karena diagnosis gejala ini membutuhkan pelatihan ketat dan hak menggunakan pedoman penilaian formal, lagipula dibutuhkan wawancara mendalam dan pengamatan-pengamatan lainnya. Mengecap seseorang dengan psikopat dengan sembarangan beresiko buruk, dan setidaknya membuat nama seseorang itu menjadi jelek.

• Sering berbohong, fasih dan dangkal. Psikopat seringkali pandai melucu dan pintar bicara, secara khas berusaha tampil dengan pengetahuan di bidang sosiologi, psikiatri, kedokteran, psikologi, filsafat, puisi, sastra, dan lain- lain. Seringkali pandai mengarang cerita yang membuatnya positif, dan bila ketahuan berbohong mereka tak peduli dan akan menutupinya dengan mengarang kebohongan lainnya dan mengolahnya seakan-akan itu fakta.
• Egosentris dan menganggap dirinya hebat.
• Tidak punya rasa sesal dan rasa bersalah. Meski kadang psikopat mengakui perbuatannya namun ia sangat meremehkan atau menyangkal akibat tindakannya dan tidak memiliki alasan untuk peduli.
• Senang melakukan pelanggaran dan bermasalah perilaku di masa kecil.
• Sikap antisosial di usia dewasa.
• Kurang empati. Bagi psikopat memotong kepala ayam dan memotong kepala orang, tidak ada bedanya.
• Psikopat perkelahian, jam tidur larut dan sering keluar rumah. juga teguh dalam bertindak agresif, menantang nyali dan
• Impulsif dan sulit mengendalikan diri. Untuk psikopat tidak ada waktu untuk menimbang baik-buruknya tindakan yang akan mereka lakukan dan mereka tidak peduli pada apa yang telah diperbuatnya atau memikirkan tentang masa depan. Pengidap juga mudah terpicu amarahnya akan hal-hal kecil, mudah bereaksi terhadap kekecewaan, kegagalan, kritik, dan mudah menyerang orang hanya karena hal sepele.
• Tidak mampu bertanggung jawab dan melakukan hal-hal demi kesenangan belaka.
• Manipulatif dan curang. Psikopat juga sering menunjukkan emosi dramatis walaupun sebenarnya mereka tidak sungguh-sungguh. Mereka juga tidak memiliki respon fisiologis yang secara normal diasosiasikan dengan rasa takut seperti tangan berkeringat, jantung berdebar, mulut kering,
tegang, gemetar -- bagi psikopat hal ini tidak berlaku. Karena itu psikopat seringkali disebut dengan istilah "dingin".
• Hidup sebagai parasit karena memanfaatkan orang lain untuk kesenangan
dan kepuasan dirinya.

Kamis, 20 Januari 2011

Fobia Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Fobia adalah rasa ketakutan yang berlebihan pada sesuatu hal atau fenomena. Fobia bisa dikatakan dapat menghambat kehidupan orang yang mengidapnya. Bagi sebagian orang, perasaan takut seorang pengidap Fobia sulit dimengerti. Itu sebabnya, pengidap tersebut sering dijadikan bulan bulanan oleh teman sekitarnya. Ada perbedaan "bahasa" antara pengamat fobia dengan seorang pengidap fobia. Pengamat fobia menggunakan bahasa logika sementara seorang pengidap fobia biasanya menggunakan bahasa rasa. Bagi pengamat dirasa lucu jika seseorang berbadan besar, takut dengan hewan kecil seperti kecoak atau tikus. Sementara di bayangan mental seorang pengidap fobia subjek tersebut menjadi benda yang sangat besar, berwarna, sangat menjijikkan ataupun menakutkan.
Dalam keadaan normal setiap orang memiliki kemampuan mengendalikan rasa takut. Akan tetapi bila seseorang terpapar terus menerus dengan subjek Fobia, hal tersebut berpotensi menyebabkan terjadinya fiksasi. Fiksasi adalah suatu keadaan dimana mental seseorang menjadi terkunci, yang disebabkan oleh ketidak-mampuan orang yang bersangkutan dalam mengendalikan perasaan takutnya. Penyebab lain terjadinya fiksasi dapat pula disebabkan oleh suatu keadaan yang sangat ekstrim seperti trauma bom, terjebak lift dan sebagainya.
Seseorang yang pertumbuhan mentalnya mengalami fiksasi akan memiliki kesulitan emosi (mental blocks) dikemudian harinya. Hal tersebut dikarenakan orang tersebut tidak memiliki saluran pelepasan emosi (katarsis) yang tepat. Setiap kali orang tersebut berinteraksi dengan sumber Fobia secara otomatis akan merasa cemas dan agar "nyaman" maka cara yang paling mudah dan cepat adalah dengan cara "mundur kembali"/regresi kepada keadaan fiksasi. Kecemasan yang tidak diatasi seawal mungkin berpotensi menimbulkan akumulasi emosi negatif yang secara terus menerus ditekan kembali ke bawah sadar (represi). Pola respon negatif tersebut dapat berkembang terhadap subjek subjek fobia lainnya dan intensitasnya semakin meningkat. Walaupun terlihat sepele, “pola” respon tersebut akan dipakai terus menerus untuk merespon masalah lainnya. Itu sebabnya seseorang penderita fobia menjadi semakin rentan dan semakin tidak produktif. Fobia merupakan salah satu dari jenis jenis hambatan sukses lainnya.
Beberapa istilah sehubungan dengan fobia :
  • afrophobia — ketakutan akan orang Afrika atau budaya Afrika.
  • agoraphobia - takut pada lapangan
  • antlophobia — takut akan banjir.
  • bibliophobia - takut pada buku
  • caucasophobia — ketakutan akan orang dari ras kaukasus.
  • cenophobia — takut akan ruangan yang kosong.
  • claustrophobia - takut akan naik lift.
  • dendrophobia - takut pada pohon
  • ecclesiophobia - takut pada gereja
  • felinophobia - takut akan kucing
  • genuphobia - takut akan lutut
  • hydrophobia — ketakutan akan air.
  • hyperphobia - takut akan ketinggian
  • iatrophobia - takut akan dokter
  • japanophobia - ketakutan akan orang jepang
  • lygopobia - ketakutan akan kegelapan
  • necrophobia - takut akan kematian
  • panophobia - takut akan segalanya
  • photophobia — ketakutan akan cahaya.
  • ranidaphobia - takut pada katak
  • schlionophobia - takut pada sekolah
  • uranophobia - ketakutan akan surga
  • venustraphobia - takut pada perempuan yang cantik
  • xanthophobia - ketakutan pada warna kuning
  • arachnophobia - ketakutan pada laba-laba
  • lachanophobia - ketakutan pada sayur-sayuran

KLEPTOMANIA

Kleptomania itu berasal dari dua kata, bahasa Yunani, klepto dan mania. Mania itu sendiri sebetulnya berarti kegilaan atau kegemaran yang berlebihan sedangkan kata klepto memang berarti mencuri, jadi kleptomania adalah kegemaran untuk mencuri. Nah ini suatu jenis penyakit yang memang berkaitan dengan kejiwaan seseorang
Gangguan utamanya adalah gangguan penguasaan diri, jadi dalam pengkategorian gangguan jiwa ini dimasukkan dalam bagian gangguan penguasaan diri yang berarti orang ini tidak memiliki kemampuan untuk menguasai 'impulses'nya, tidak bisa menguasai dorongan-dorongan dari dalam dirinya. Sewaktu hasrat mengambil atau mencuri itu muncul maka dia tidak memiliki kesanggupan untuk mencegahnya.
Penderita kleptomania sebetulnya tidak datang ke toko untuk mencuri, tidak sama sekali. Dia mungkin saja datang ke toko untuk melihat-lihat atau membeli barang yang lain, kemudian dia melihat sesuatu, dia tidak bisa melawan hasrat dalam dirinya untuk mengatakan, "Jangan ambil kalau tidak mau beli". Dia tidak bisa, dia akan mengikuti dorongan hatinya dan mengambilnya dengan diam-diam atau mencurinya, sebab sekali lagi nilai yang terkandung adalah dalam tindakan yang sembunyi-sembunyi itu meskipun dia bisa bayar, tapi waktu dia ambil dengan sembunyi-sembunyi, itulah yang dia cari, sensasi atau perasaan seperti itulah yang memang dicarinya.
Orang yang menderita kleptomania mencuri bukan karena nilai berapa besar harga barang tersebut dan dia tidak mempunyai uang dan harus mencurinya, bukan karena itu dan juga bukan karena barang itu akan berguna untuk dia sehingga dia mau mengambilnya. Tapi justru sering kali dengan orang-orang yang menderita kleptomania, setelah dia mengambil barang itu, terus dia buang dia berikan orang. Tidak banyak di antara mereka yang akan menyimpannya, ada sebagian yang menyimpannya tapi mayoritas adalah membuangnya atau memberikannya kepada orang lain. Jadi ketika dia sudah pulang dan melihat-lihat barang itu, kemungkinan besar dia geletakkan dimana saja dan dia lupakan, nanti mungkin dia berikan kepada orang lain. Jadi bukan termotivasi karena barang itu begitu saya butuhkan, begitu berguna sehingga seharusnyalah saya dapatkan. Atau ini barang berharga makanya saya mau ambil, bukan begitu juga jadi sering kali memang yang diambil bisa-bisa barang kecil-kecil yang tidak ada nilainya tapi diambil. Nah akhirnya berurusan dengan polisi karena akhirnya ditangkap sebab dianggap itu tindakan pencurian.
Yang menarik, dorongannya adalah hanya ingin memiliki , sebelum dia mengambil barang tersebut, dia merasa resah, tegang, ada sesuatu yang seperti bergejolak dalam jiwanya. Dia rasanya sangat sangat butuh, seperti orang yang memang membutuhkan narkoba, sebelum dia mendapatkan narkoba dia merasakan tubuhnya tegang, tidak tenang, resah, waktu dia mendapatkan narkoba itu dia tenang kembali. Nah ini seperti itu juga, jadi sebelum dia mengambil waktu dia mulai melihat dan tiba-tiba terdorong oleh niat untuk mengambil, kalau dia tahan-tahan, dia tambah tegang, tambah cemas akhirnya dia harus turuti, dari pada dia terus-menerus tegang, tidak bisa menahan diri, dia ambil ! Setelah dia ambil tiba-tiba ketegangan itu mereda, dia tenang kembali, sejahtera dan dia merasa puas, dia pulang rasanya lega. Benar-benar memang sesuatu yang berkaitan dengan sebuah gangguan, makanya ini masuk dalam gangguan kejiwaan juga.
Ketika mencuri, penderita kleptomania ini tahu dia salah, ini bisa menyerang orang yang sangat sangat rohani, orang yang mempunyai hati nurani yang berjalan dengan baik dan itu bisa membuat dia depresi berat, tertekan sekali, maka sebagian penderita kleptomania akhirnya dirundung oleh depresi. Sangat sangat tidak bahagia hidupnya, dia mungkin malu berterus terang pada orang, dekat-dekat dengan orang, sama seperti orang yang menderita penyakit yang berbahaya dan menular. Dia tidak mau diketahui karena takut nanti orang menjauhkan diri darinya. Nah ini juga sama, sebab bayangkan saja kalau misalkan kita menderita gangguan kleptomania ini, kita bersama-sama dengan teman-teman pulang sekolah, ke toko atau apa, kita takut karena kita tahu tidak bisa mengontrol diri kita. Nanti kita ke toko dengan teman-teman, mereka sedang melihat-lihat terus kita tiba-tiba mau mengambil barang itu, misalkan kalau tertangkap bagaimana teman-teman mengetahuinya. Jadi akhirnya orang-orang ini sangat tertekan, menjauhkan diri dari pergaulan, akhirnya lebih senang menyendiri sebab jangan sampai nanti menyusahkan orang, membuat malu keluarga atau apa , jadi sebisa-bisanya membatasi relasi dengan orang dan kalau pun mempunyai teman baik bisa jadi dia susah untuk terbuka apa adanya, menjadikan relasi itu mendalam. Orang seperti ini sangat menderita, maka dikatakan sebagian dari mereka akhirnya hidupnya cukup depresif.
lengkapnya di http://www.telaga.org/transkrip.php?memahami_kleptomania.htm  hehehe
kepanjangan kalo di taro sini semua...

Paranoid Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas

Paranoid adalah ajektiva, kata sifat, untuk penderita paranoia.[1] Paranoia didefinisikan sebagai penyakit mental di mana seseorang meyakini bahwa orang lain ingin membahayakan dirinya. Sedang dalam kamus Webster, paranoia didefinisikan sebagai gangguan mental yang ditandai dengan kecurigaan yang tidak rasional/logis.
Pada penderita skizofrenia paranoid, ditandai dengan simptom-simptom / indikasi sebagai berikut:
1. Adanya delusi atau waham, yakni keyakinan palsu yang dipertahankan.
- Waham Kejar (delusion of persecution), yaitu keyakinan bahwa orang atau kelompok tertentu sedang mengancam atau berencana membahayakan dirinya. Waham ini menjadikan penderita paranoid selalu curiga akan segala hal dan berada dalam ketakutan karena merasa diperhatikan, diikuti, serta diawasi.
- Waham Kebesaran (delusion of grandeur), yaitu keyakinan bahwa dirinya memiliki suatu kelebihan dan kekuatan serta menjadi orang penting.
- Waham Pengaruh (delusion of influence), adalah keyakinan bahwa kekuatan dari luar sedang mencoba mengendalikan pikiran dan tindakannya.
2. Adanya halusinasi, yaitu persepsi palsu atau menganggap suatu hal ada dan nyata padahal kenyataannya hal tersebut hanyalah khayalan.
3. Gejala motorik dapat dilihat dari ekpresi wajah yang aneh dan khas diikuti dengan gerakan tangan, jari dan lengan yg aneh dan juga dapat dilihat dari cara berjalannya.
4. Adanya gangguan emosi
5. Penarikan sosial (social withdrawl), pada umumnya tidak menyukai orang lain dan menganggap orang lain tidak menyukai dirinya sehingga dia hanya memiliki sedikit teman.
Diduga, penyebab gangguan kepribadian ini disebabkan oleh respon pertahanan psikologis (mekanisme pertahanan diri) yang berlebihan terhadap berbagai stress atau konflik terhadap egonya dan biasanya sudah terbentuk sejak usia muda.
Apabila gejala yang muncul sulit untuk dikendalikan, sebaiknya meminta bantuan profesional / terapis.

Minggu, 16 Januari 2011

Lebih Mudah Memotivasi Orang Lain Dari Pada Memberi Motivasi Pada Diri Sendiri

Lebih Mudah Memotivasi Orang Lain Dari Pada Memberi Motivasi Pada Diri Sendiri memang suatu fakta. Dalam bahasa lainnya ini disebut juga Nongomong Doang, artinya kita bicara pada orang lain tentang motivasi namun diri kita sendiri kurang termotivasi, hehe.. Yah sudah biarlah begitu saja, karena itu memang sudah alami dari dulu seperti itu, saya pun sering mengalaminya. Misanya memotivasi anak untuk rajin belajar, sedangkan kita sendiri orang tuanya tidak rajin belajar. Yes, memang orang tua bukan belajar seperti di sekolah melainkan belajar dalam arti yang sangat luas.
Kabar baiknya, jika kita berusaha terus memberi motivasi pada diri sendiri agar lebih termotivasi dengan kata-kata kita sendiri maka saya yakin usaha kita tersebut akan berhasil, cepat atau lambat. Jurus memberi motivasi pada diri sendiri agar berhasil ada satu yaitu jurus terus, lakukan secara terus menerus usaha memotivasi diri sendiri tersebut.